Bahaya Ahmadiyah

Januari 16, 2008

        Melihat ajaran dan aspek politik seperti di atas dapat dikatakan bahwa ada hal-hal berbahaya yang harus diwaspadai. Pertama: upaya untuk memutus mata rantai Islam dan sejarah umat Islam. Nabi dan rasulnya bukan Muhammad saw. melainkan Mirza Ghulam Ahmad. Kitabnya bukan al-Quran melainkan Tadzkirat. Pusat Islam yang pertama bukan Semenanjung Arabia melainkan India. Akibatnya, semua sejarah peradaban Islam diputus, karena titik awalnya dibelokkan ke India.

Kedua: adanya penyesatan politik terhadap umat Islam sehingga yang dipersalahkan adalah MUI hingga dituntut untuk dibubarkan.

Ketiga: mengaburkan dan menodai ajaran Islam itu sendiri. Siapapun yang menelaah akan menyimpulkan bahwa buku Tadzkirah benar-benar merupakan pembajakan dan mengolok-olok al-Quran (Amin Jamaluddin, Ahmadiyah dan Pembajakan al-Quran, LPII, 1992).   

Keempat: membuat duri dalam daging kaum Muslim. Aliran Mirza Ghulam Ahmad ini telah menyatakan dirinya sebagai Organisasi bentukan Tuhan (Saleh A. Nahdi, Ahmadiyah di Mata Orang Lain, hlm. 7), dan sebagai “illâ wâhidah” (hanya satu yang masuk surga) dari 73 pecahan umat Islam itu (Majalah bulanan Ahmadiyah, Sinar Islam, Jajasan Wisma Damai, no. 13 th. XV/1965, hlm. 34).  Kedudukan ‘illâ wâhidah pada gerakan Ahmadiyah itu telah mendorong mereka untuk meng-“ahmadiyah”-kan kaum Muslim.

Kelima: adanya peran asing dengan isu HAM. Tidak heran bila yang bereaksi terhadap fatwa MUI tentang kesesatan Ahmadiyah adalah kalangan liberal, sekuler, organisasi HAM dan sebagian non-Muslim.  Akibat pengaruh asing, pemerintah sejak awal bersikap: ’Pemerintah tidak setuju Ahmadiyah dibubarkan/ dilarang’. 

 

Wahai Kaum Muslim:

Tindak kekerasan sekelompok umat Islam tentu semestinya tidak terjadi. Namun, tudingan bahwa penyebabnya adalah fatwa MUI jelas hanya mengada-ada, salah alamat, tanpa mengkaji secara mendalam mengapa aksi massa terjadi. Sesungguhnya aksi massa terjadi karena sikap Pemerintah yang tidak tegas.

Juga, umat Islam harus benar-benar mewaspadai dan tidak menerima begitu saja penjelasan 12 butir dari Ahmadiyah.  []

Ahmadiyah = Antek Inggris

Januari 16, 2008

Inggris memiliki peran strategis membidani lahirnya Ahmadiyah. Sejak awal kelahirannya, aliran ini sesungguhnya bermotif untuk menangkal semangat jihad di tubuh kaum Muslim dalam melawan Inggris saat itu (Maryam Jameelah, Islam and Modernism, 1968, Lahore-Mohammad Yusuf Khan, hlm. 54).

Pada tahun 1876 M Mirza Ghulam Ahmad mengaku pertama kali menerima wahyu. Pada 1889 M, di India, Mirza menobatkan dirinya sebagai nabi dan rasul sekaligus sebagai al-Masih al-Maw‘ûd (al-Masih yang Dijanjikan).  Pada masa tersebut, India sedang diduduki Inggris. Pada saat yang sama, Inggris dan Prancis sedang gigih untuk menghancurkan Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki. Pada tahun 1865 Menteri Luar Negeri Inggris Lord Clardon mengatakan, “Sesungguhnya satu-satunya jalan untuk melakukan reformasi pemerintahan Utsmani adalah dengan memusnahkannya dari muka bumi secara keseluruhan” (Ismail Yagha, Ad-Dawlah al-Utsmaniyyah, hlm. 159).

Dalam kondisi seperti itulah, pada 1889 M lahir Ahmadiyah di India. Gerakan ini tumbuh dan berkembang berkat rencana penjajah Inggris di India. Mirza telah menghapuskan kewajiban jihad demi bangsa-bangsa kafir. Dia sangat memuji orang-orang Inggris dan menyerukan para pengikutnya untuk membantu penjajah Inggris di manapun mereka berada (Utsman Abdul Mun‘im, ‘Aqîdât Khatam an-Nubuwwah, hlm. 209).

Ahmadiyah bahkan mengklaim Kekhalifahan. Makna ‘Khilâfah ‘ala Minhâj an-Nubuwwah (HR Ahmad) diyakini sebagai Khilafah Ahmadiyah. “Bagian akhir dari hadis di atas merujuk pada kedatangan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Al-Masih al-Maw‘ûd dan Mahdi as. Sesudah itu adalah awal era baru Khilafat. Peristiwa ini terjadi pada 27 Mei 1908 ketika orang-orang yang beriman secara sepenuh hati mengadakan sumpah setia di tangan Hadhrat Maulana Nuruddin r.a., seorang keturunan dari Hadhrat Umar bin Khaththab ra. Kejayaan masa depan Islam kini terikat pada Khilafat Ahmadiyah.” (Kebangkitan Khilafat Islam, Luthfur Rahman Mahmud–USA, Makalah 27/8/2006, dimuat dalam situs resmi Ahmadiyah Indonesia).

Berdasarkan realitas tadi, sadar atau tidak, Ahmadiyah merupakan gerakan untuk membelokkan hakikat Khilafah Islamiyah sesuai dengan arah politik Inggris.

12 Pernyataan Karet

Januari 16, 2008

Ajarannya Ahmadiyah tertulis dalam berbagai bukunya.  Lalu, apakah 12 pernyataan yang disampaikan itu dapat menggambarkan hakikat ajaran Ahmadiyah sesungguhnya?  Apakah pernyataan tersebut sesuai dengan apa yang ada didalam buku-buku mereka?  Karenanya, penting mencermati isi pernyataan tersebut, khususnya yang sangat substansial. 

Ahmadiyah mengakui Muhammad SAW sebagai Rasulullah (butir 1).  Namun, penting dicatat bahwa sekalipun mereka mengakui Muhammad SAW sebagai Rasul namun didalam ‘kitab suci’ mereka (Tadzkirah) diserukan bahwa yang harus diikuti adalah Mirza Ghulam Ahmad; yang diutus sebagai Rasul dengan membawa agama kebenaran dan dimenangkan diatas semua agama adalah Mirza Ghulam Ahmad; yang menjadi ‘al mukhothob’ (yang diseru) dalam ayat-ayat al-Quran yang dimasukkan kedalam Tadzkirah adalah Mirza  (Haqiqatul Wahyi, hal. 71 dan kandungan umum Tadzkirah). 

Butir ke-2 pernyataan itu menyebutkan bahwa Muhammad Rasulullah adalah khatamun nabiyin (nabi penutup).  Tetapi, keyakinan yang lengkap terdapat didalam buku resmi mereka: ‘Nabi Muhammad merupakan nabi penutup yang membawa syariat, tetapi bukan penutup nabi-nabi yang tidak membawa syariat.  Jadi, tetap terbuka diutusnya nabi setelah Nabi Muhammad’ (Ahmadiyah, Apa dan Mengapa. Syafi’i R. Batuah.  Cetakan XVIII.  Peberbitan Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1986, hal. 7) dan khatamun nabiyyin yang mereka yakini artinya nabi yang paling sempurna, cincin para nabi (Tiga Masalah Penting, H. Mahmud Ahmad Chema, H. A. Penerbit Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1987, hal. 25-26).  Bahkan, dalam terjemahan bahasa Inggris buku Tadzkirah (tahun 2006) yang dikeluarkan Pimpinan Pusat Ahmadiyah di London kata khatam dalam ‘khathamun nabiyyin’ dimaknai dengan seal (segel, materei) bukan penutup. Jadi, butir ke-2 ini hanya mengungkapkan sepotong dari keyakinan sebenarnya. 

Butir 3 menyatakan ‘Diantara keyakinan kami bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang guru, mursyid, pembawa berita dan peringatan serta pengemban mubasysyirat, … ‘.  Butir ini menyatakan ‘diantara keyakinan kami’.  Ada keyakinan mereka yang tidak disebutkan di butir pernyataan ini, yaitu Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi mereka.  Di dalam Tadzkirah antara lain dinyatakan, “Dialah Tuhan yang mengutus rasulNya, Mirza Ghulam Ahmad, dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya atas semua agama (Tadzkirah, hal. 621).  Dalam Kata Pengantar Tadzkirah edisi Inggris disebutkan: ‘Mirza Ghulam Ahmad affirmed that his claim to prophethood, as explained by him, was in accord with the Holy Quran and the true Hadits’ [Mirza Ghulam Ahmad menegaskan bahwa klaimnya terhadap kenabian, seperti yang ia jelaskan, sesuai dengan petunjuk al-Quran dan hadits shahih] (Tadzkirah, edisi Inggris, Pimpinan Pusat Ahmadiyah London, 2006, hal. 7). 

Butir 5 menyatakan ‘ … tidak ada wahyu syariat setelah al-Quranul Karim …’.  Disini hanya disebut ‘wahyu syariat’ karena memang mereka meyakini Mirza tidak membawa syariat baru.  Namun, buku Ahmadiyah tetap menyebutkan tentang keyakinan ada wahyu selain ‘wahyu syariat’ yang turun kepada Mirza (Kami Orang Islam, PB Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1984, hal. 22).  Bahkan, banyak teks dalam buku Tadzkirah yang menyatakan bahwa wahyu diturunkan kepada Mirza Ghulam Ahmad  (Tadzkirah: 519, 637; Haqiqatul Wahyi: 88; Al-istifta`: 83).

“Buku Tadzkirah bukanlah kitab suci Ahmadiyah, melainkan catatan pengalaman rohani Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad …” (butir 6).  Tapi, nama lengkap buku itu adalah: تَذْكِرَةُ يَعْنِى وَحْيٌ مُقَدَّسٌ رُؤْيَا وَ كُشُوْفَ حَضْرَتِ مَسِيْح مَوْعُوْدِ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ (Tadzkirah, yakni wahyu suci, mimpi, kasyaf Hadhrat al-Masih yang dijanjikan/masih maw’ud atasnya shalawat dan salam).  Bahkan dalam ayat-ayat dalam Tadzkirah bertebaran perkataan yang diawali ‘menurut wahyu’, baik dalam bahasa Urdu, Persia, atau Arab.  Mirza sendiri mengakui wahyu pertama yang turun adalah ‘Yah, Ahmad, barokallohu fika’ (Wahai, Ahmad, Allah telah memberikan berkah kepadamu) dan Allah SWT berbicara langsung dengan Mirza (Tadzkirah: 43-70).

Pada satu sisi, ajaran seperti ini disebut oleh Rasulullah saw. sebagai dusta. Pada masa Nabi Muhammad saw. ada seseorang yang bernama Musailamah yang mengaku Nabi. Kemudian Rasulullah saw. berkhutbah:

 

«أَمَّا بَعْدُ فَفِي شَأْنِ هَذَا الرَّجُلِ الَّذِي قَدْ أَكْثَرْتُمْ فِيهِ وَإِنَّهُ كَذَّابٌ مِنْ ثَلاَثِينَ كَذَّابًا يَخْرُجُونَ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ»

Amma ba‘du. Terkait dengan laki-laki yang banyak kalian bicarakan itu, sesungguhnya dia itu pendusta besar (kadzdzâb); salah satu dari tiga puluh pendusta yang akan datang sebelum Hari Kiamat. (HR al-Bukhari dan Ahmad).

 

Suatu waktu, Musailamah al-Kadzdzâb mengirim surat kepada Nabi Muhammad saw. yang disampaikan oleh dua utusannya. Rasul saw. bertanya kepada keduanya, “Apakah kalian bersaksi bahwa aku adalah Rasulullah?” Mereka menjawab, “Kami bersaksi bahwa Musailamah adalah Rasulullah.” Rasulullah Muhammad saw. pun berkata, “Kalau saja aku dibolehkan membunuh utusan, niscaya aku akan memenggal leher kalian berdua.” (HR Ahmad).

Pada sisi lain, terdapat perbedaan sangat prinsip antara isi pernyataan dengan apa yang tertulis dalam buku-buku mereka.  Jadi, kaum Muslim sejatinya waspada dan tidak mudah untuk menerima penjelasan yang hanya 12 butir lagi singkat tersebut.

DI BALIK ISU AHMADIYAH

Januari 16, 2008

            Pada 15 Januari 2008 lalu, hanya berbekal 12 pernyataan dari pihak Ahmadiyah Rapat Badan Koordinasi Pengkaji Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakor Pakem) pusat menyatakan tidak melarang Ahmadiyah, dan memberi kesempatan 3 bulan kepada Ahmadiyah untuk membuktikan pernyataannya bahwa ajarannya sama dengan Islam.  Padahal, aliran ini sudah dipandang sesat oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI) sejak tahun 1974. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun telah melarangnya sejak 1980, yang ditegaskan kembali pada 2005.  Keputusan Bakor Pakem tersebut sudah terbaca dari awal.  Sebab, jauh hari sebelumnya (7/1/2008), Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel), Wisnu Subroto, mengatakan: ’Pemerintah tidak setuju Ahmadiyah dibubarkan/ dilarang’.  Menanggapi hal ini, Ketua Dewan Fatwa MUI KH Ma’ruf Amin mengatakan bahwa 12 pernyataan yang dibuat oleh Ahmadiyah hanyalah retorika, dan fatwa MUI tentang kesesatan Ahmadiyah tetap berlaku.

Upaya Memisahkan Kepemimpinan Wanita Dalam Negara: Pemelintiran Terhadap Islam

Juli 20, 2001

Setelah gagal dalam mempertemukan para pemimpin Parpol di Bogor, Senin, 9 Juli 2001, kompromi politik yang ditawarkan Presiden Wahid kepada lawan-lawan politiknya hanya bertepuk sebelah tangan. Para pemimpin parpol terus menggelar manuver-manuver politik untuk ‘melengserkan’ rejim Presiden Wahid secepat mungkin. Mulai manuver ‘provokatif’ untuk menangkap Presiden Wahid bila ia mengeluarkan dekrit, pembangkangan terhadap Presiden, percepatan SI, hingga manuver-manuver busuk melalui upaya ‘pemerkosaan al-Quran dan Sunnah’ untuk memberikan legitimasi syari’ah kepada Megawati. Tak terelakkan lagi, ambruknya rejim Presiden Wahid tinggal menunggu waktu. Meminjam istilah Amien Rais, nampaknya, “ajal politik” Presiden Gus Dur akan datang 1 Agustus mendatang.[Koran Tempo, 16 Juli 2001] Baca entri selengkapnya »

Demi Kemaslahatan; Perempuan Bisa Jadi Kepala Negara

Juli 13, 2001

Rekayasa konstruktif untuk mengegolkan ide keabsahan ke-pemimpinan perempuan dalam entitas negara kembali digelar. Ini terlihat dalam seminar sehari yang diselenggarakan di komisi VII DPR pada tanggal 4/7/2001. Seminar yang menghadirkan Nazaruddin Umar dan KH. Husein Mohamad itu bertujuan memberikan legitimasi syari’ah terhadap keabsahan kepemimpinan wanita dalam konteks negara. Meskipun demikian, seminar itu lebih tepat disebut sebagai rekayasa untuk mencairkan hambatan-hambatan teologis yang kerap kali berujung pada pemaksasesuaian nash-nash agama dengan kepentingan-kepentingan politik. Baca entri selengkapnya »

Dekrit Atau Tidak, Sama Saja

Juli 6, 2001

Dekrit Presiden. Inilah istilah paling populer yang diper-debatkan minggu-minggu ini. Isunya makin meruncing ketika Presiden Wahid dalam kunjungannya ke Australia Minggu lalu, juga menyatakan hal yang sama. Pernyataannya itu dikeluarkan saat menjawab pertanyaan dari Radio Australia tentang impeachment parlemen pada SI nanti. Baca entri selengkapnya »

Ambon Masih Berdarah

Juni 29, 2001

Ambon bersimbah darah lagi. Sekitar 22 jiwa kaum Muslim kembali melayang akibat berondongan peluru pasukan Yon Gab—batalyon gabungan yang beranggota prajurit elite Paskhas, Kopassus, dan Marinir (Media Indonesia, 26/6/2011). Dalam peristiwa yang berlangsung Kamis (14/6/2001) dua minggu lampau di Kebun Cengkeh Ambon itu, kebanyakan korban yang meninggal adalah orang-orang yang sedang sakit dan dirawat di Poliklinik Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jamaah (Republika, Jumat, 22/6/ 2001). Baca entri selengkapnya »

Demo Buruh, Tuntutan Yang Salah Sasaran

Juni 22, 2001

Buruh mengamuk. Di kota Bandung unjuk rasa buruh berkembang menjadi aksi pengrusakan dan pembakaran. Sedikitnya 18 mobil dan 10 sepeda motor hangus dibakar massa buruh saat berunjuk rasa di DPRD Jawa Barat, Rabu (13/6) (Kompas, 14/06/2001). Sementara itu Medan, Surabaya dan Jakarta juga ikut ‘digoyang’ aksi buruh meski tidak ‘seliar’ aksi buruh di Bandung. Baca entri selengkapnya »

Menaikkan tarif BBM dan Listrik: Kejam!

Juni 15, 2001

Rasa nyaman kian sulit untuk didapatkan oleh orang Indonesia. Bagaimana tidak, setiap saat rakyat selalu diburu berbagai kesulitan ekonomi? Dipastikan, kesulitan itu akan bertambah setelah pemerintah bersama DPR memutuskan mulai tanggal 15 Juni 2001 nanti harga BBM akan naik, disusul tarif dasar listrik pada 1 Juli, masing-masing 30 dan 20 persen. Sementara PPN (Pajak Pertambahan Nilai) mulai 1 Juli juga akan naik dari 10 persen menjadi 12,5 persen. Kenaikan ini terpaksa dilakukan, menurut pemerintah, untuk mengurangi defisit anggaran negara yang sebesar Rp 87 triliun. Defisit itu harus ditutup bila tidak ingin ekonomi negara bangkrut. Baca entri selengkapnya »